STRATEGI KENDALI DIRI
Agar usaha kita berhasil untuk mengendalikan emosi, pikiran, dan fisik, maka kita perlu menerapkan strategi kendali diri sebagai berikut.
Disiplin Diri.
Inilah strategi pertama yang perlu kita terapkan. Jika kita sudah mampu mendisiplinkan diri kita sendiri untuk mengendalikan emosi, pikiran dan fisik, maka dengan sendirinya kemampuan kita untuk meraih sukses juga menjadi lebih baik.
Misalnya, kita akan lebih mudah untuk mengendalikan orang lain untuk memberikan dukungan bagi kita; kita juga akan lebih mampu mengendalikan perubahan yang terjadi di sekitar kita agar dapat menunjang kita meraih sukses, kita juga bisa mengendalikan permasalahan di sekitar kita, dengan mengubah permasalahan menjadi kesempatan sukses, dan kita pun bisa lebih baik dalam mengatur waktu (bukan kita yang menjadi budak waktu) untuk bekerja lebih cerdas.
Prinsipnya adalah kita harus mampu belajar untuk memimpin diri sendiri, dalam mengatur waktu, menetapkan tujuan dan memupuk komitmen untuk mencapai tujuan tersebut.
Motivasi Diri.
Orang yang peduli akan menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam segala hal yang ia kerjakan (Austin, 2000). Orang yang peduli ini akan bekerja dengan sungguh-sungguh karena ia peduli akan hasil akhir yang akan dicapai. Kepedulian muncul karena dorongan dari dalam (internal motivation) ataupun dorongan dari luar (external motivation). Dorongan atau motivasi dari dalam diri sendiri muncul karena keinginan ataupun mimpi yang kuat untuk meraih sukses.
Tercapainya mimpi ini akan membuat kita menitikkan air mata bahagia. Jadi, temukan mimpi atau keinginan yang kuat, yang pencapaiannya bisa membuat kita menitikkan air mata (Misalnya: mimpi untuk memberi bea siswa bagi 500 anak Indonesia untuk melanjutkan sekolah dalam kurun waktu 5 tahun, ataupun mimpi untuk membeli sebuah rumah idaman dalam 10 tahun ke depan).
Dorongan atau motivasi dari luar bisa datang dari seseorang (orang tua, kakak atau adik, sahabat, ataupun orang terkenal yang menjadi panutan kita). Motivasi dari luar bisa pula datang dari sebuah peristiwa (kegagalan, kemenangan, ataupun kesedihan). Pengalaman buruk menjadi korban kecelakaan, bisa saja mendorong kita untuk aktif memberikan penerangan pada orang lain, atau masyarakat umum untuk menggunakan sabuk pengaman dan erdisiplin dalam berkendaraan.
Pengalaman terhadap saudara dekat yang terkena suatu penyakit, juga bisa memotivasi kita untuk melakukan riset mengenai penyakit tersebut, ataupun mengumpulkan dana untuk membantu orang-orang yang tidak mampu agar memperoleh perawatan terhadap penyakit yang mereka derita.
Percaya Diri.
Jika kita sendiri tidak percaya bahwa kita mampu meraih sukses, bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain untuk mendukung kita meraih sukses. Jika dalam bernegosiasi, kita sendiri tidak yakin akan produk ataupun jasa yang kita tawarkan, lebih baik kita tidak melakukan negosiasi, karena kita pasti tidak akan mampu meyakinkan calon pembeli untuk membeli produk atau jasa yang kita tawarkan.
Kuncinya dalam hal ini adalah percaya diri. Jika kita telah memiliki rasa percaya diri tinggi, maka kita akan lebih mudah meyakinkan orang lain akan kemampuan kita, karena rasa ini akan menular pada orang-orang sekitar kita. Bayangkan saja jika kita pergi ke dokter untuk konsultasi penyakit kita. Ternyata dokter yang kita kunjungi tidak yakin bahwa ia dapat membantu kita. Dalam kondisi seperti ini, pastilah kita akan pergi ke dokter lain yang menunjukkan rasa percaya diri bahwa ia mampu membantu kita. Demikian juga dengan calon pembeli atau nasabah, jika kita menunjukkan kepada mereka bahwa kita yakin akan kemampuan kita untuk menolong mereka, maka keyakinan ini pun akan menular kepada mereka (mereka juga akan percaya pada kemampuan kita).
Pada saat orang lain percaya kepada kita, maka akan mudah bagi kita untuk membangun kerja sama dalam berbagai hal, baik dalam bisnis maupun dalam membina hubungan sosial yang langgeng. Rasa percaya diri bisa dipupuk dengan melakukan perencanaan yang rinci, matang, dan tersusun secara sistematis, serta persiapan yang cukup (baik secara fisik mental, maupun emosional), dan apresiasi terhadap kelebihan dan kemampuan yang kita miliki. Kita juga bisa meningkatkan kepercayaan diri dengan senantiasa mengembangkan keterampilan dan kemampuan kita secara rutin.
Pengembangan Diri.
Keinginan untuk selalu mengembangkan diri, merupakan salah satu faktor kunci dalam memupuk kemampuan kita mengendalikan diri. Dengan mempelajari teknik-teknik mengatur waktu yang efektif, kita bisa mencoba untuk mengendalikan waktu (bukan waktu yang mengendalikan kita). Dengan mempelajari informasi tentang pola makan sehat, serta olah raga yang sesuai dengan usia dan kondisi tubuh kita, maka kita akan terdorong untuk melakukan hal-hal yang sudah kita pahami.
Dengan mengerti lebih dalam mengenai strategi ampuh untuk berpikir positif, kita bisa mencoba strategi tersebut untuk memupuk cara berpikir positif (dan mengendalikan pikiran-pikiran yang destruktif) untuk meraih sukses. Yang penting diperhatikan di sini adalah kita perlu mengembangkan diri kita secara terus-menerus, sehingga kita bisa benar-benar menjadi ahli di bidang yang kita tekuni agar kita bisa memupuk rasa percaya diri yang tinggi, dan membuat orang menaruh kepercayaan tinggi juga atas kemampuan kita. Banyak sekali sumber yang bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan diri.
Kita bisa belajar dari pengalaman diri sendiri, dan pengalaman orang lain. Kita juga bisa belajar dari kekalahan dan kegagalan yang kita alami, sehingga kita bisa menggunakan kekalahan dan kegagalan ini sebagai batu loncatan untuk meraih sukses. Kita berkembang kalau kita berubah. Jangan takut pada perubahan, karena perubahan merupakan pelajaran yang berharga. Jadi, jangan biarkan perubahan terjadi sia-sia, jadikan perubahan itu berarti (petik pelajarannya, ambil hikmahnya, dan nikmati kemajuan yang dihasilkannya).
Sumber lain (selain buku-buku, artikel, dan pelatihan yang kita jalani) yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan diri adalah masukan dari musuh ataupun pesaing kita. Jika kita mendapat kritik, komentar yang menyakitkan dari lawan, perhatikan komentar dan kritik tersebut, kalau memang ternyata ada benarnya, coba lakukan langkah-langkah konkret untuk memperbaiki yang dianggap jelek sehingga menjadi baik, dan mengganti yang dianggap rusak dengan yang lebih baik.
Jadi jika kita ingin mengendalikan faktor keberuntungan untuk berpihak kepada kita, jika kita ingin mengendalikan hasil yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan, maka yang perlu kita kendalikan adalah diri kita sendiri. Jika kita ingin menaklukkan musuh, maka yang harus kita taklukkan terlebih dahulu adalah diri kita sendiri. Setelah kita memahami prinsip untuk mengendalikan diri sendiri dan strategi yang bisa kita lakukan untuk memupuk kemampuan kita akan kendali diri, jangan berhenti sampai di sini. Pengetahuan dan pemahaman akan sia-sia tanpa tindakan. Sukses tidak akan datang tanpa perbuatan. Jadi, langkah berikutnya adalah mencoba. Sukses untuk Anda.
Baca Juga:
Mengendalikan Diri (Bagian 1)
Bahagia Itu Sederhana
Kekuatan Pikiran