Masalah keuangan akan selalu menjadi momok jika kita tidak punya komitmen yang kuat untuk memanagenya. Kita akan terjebak pada lingkaran setan dan sulit keluar dari dalamnya. Untuk itu pikirkanlah dengan kepala jernih dan hati dingin, lalu atur kembali keuangan Anda. Jangan sampai terperosok lalu menyesali seumur hidup.
Tidak masalah dalam kondisi mana saat ini kita berada tapi selama masih ada kesempatan kita harus melakukannya. Saya pribadi bukan orang yang tanpa masalah, saya rasa semua orang punya masalah sendiri-sendiri. Masalah yang saya hadapi saat ini adalah tawaran hutang, tawaran kredit mobil dan tawaran kredit rumah. Bagi saya saat ini hal itu masih menjadi masalah karena saya tidak mau berantakan dan jatuh terperosok nantinya.
Sama seperti Anda saya juga sedang belajar mengatasi masalah terutama masalah memanage keuangan seperti yang sedang kita bicarakan. Disini saya hanya ingin berbagi kepada Anda, mungkin ada manfaatnya untuk kita semua. Dan saya tidak berani mengklaim bahwa ini satu-satunya solusi, tapi menurut saya setidaknya bisa dipertimbangkan.
Terjebak Menjadi OKB
Itu yang saya takutkan, dan saya tidak mau menjadi Orang Kaya Baru. Dimana semua dibeli, semua dihutang, semua dikredit. Saya masih ingat betul kata-kata bijak Om Bob Sadino " Bergayalah sesuai isi dompetmu ...!" Itu kata-kata yang selalu saya pegang, jadi saya tidak perlu bergaya yang aneh-aneh jika memang tidak mampu. Jangan memaksakan diri hanya untuk memperoleh pengakuan. Jujur pada diri sendiri itu yang terbaik menurut saya, toh orang yang "bener-bener punya" dan "orang yang pura-pura punya" sudah kelihatan kok. Orang yang benar-benar punya biasanya malah nggak banyak omong.
Membedakan Mana Keinginan Mana Kebutuhan
Keinginan itu tak ada batasnya, tetapi kebutuhan itu secukupnya. Saya harus realistis dengan gaji saya. Betul kalau dihitung-hitung gaji saya masih cukup, masih ada sisa jika mau mengambil hutang atau kredit mobil. Tapi saya juga tidak mau konyol tanpa perhitungan.
- Pertama tempat kerja saya cuma beberapa meter dari tempat saya ngontrak (maklum masih tinggal di kontrakan), jalan kaki cuma 2 menit, saya masih single belum ada kewajiban mengantar anak atau isteri jadi mobil belum merupakan kebutuhan bagi saya, tapi keinginan dan angan-angan. Maka mobil kemudian aku coret dari daftar prioritas.
- Kedua aku masih tinggal dikonrtakan mau diparkir dimana itu mobil. Aku harus realistis dengan keadaan ini, resikonya, keamanannya dan sebagainya harus aku pikirkan.
- Ketiga aku masih punya kedua orang tua di kampung yang sudah tidak bekerja pensiunannya kecil bahkan kurang untuk biaya hidup saat ini, sedikit banyak aku harus membantu kedua orang tuaku, lalu untuk apa aku gaya-gayaan beli mobil.
Komitmen dan Konsisten
Bersyukur itu penting, itu yang harus menjadi dasar. Syukuri keadaan yang sekarang, sudah pasti kita pernah jatuh bangun dalam perjalanan hidup kita. Pahit manis sudah pernah kita lewati hingga kita sampai pada keadaan yang sekarang. Itulah cara Tuhan mengajar kita, agar kita belajar memahami. Kemudian kita ingin hidup nyaman, itu wajar manusiawi tak ada yang salah dalam hal ini. Semua manusia menginginkannya.
Masalahnya adalah jangan sampai kita tidak belajar dari masa lalu kemudian tanpa perhitungan menerima begitu saja setiap tawaran entah itu kredit, hutang, investasi dan sebagainya. Tanpa mau mempertimbangkan resiko di kemudian hari, seberapa besar manfaat untuk kita, sampai usia berapa kita bekerja lalu pensiun, lalu dimana kita menikmati hidup jika usia senja kita masih terlilit hutang. Bukankah itu akan menjadi lingkaran setan.
Kita tidak bermaksud untuk menghalangi Anda untuk berhutang, tidak sama sekali. Jika Anda sudah tahu resikonya, sudah tau untung ruginya, kesanggupan Anda dan lain sebagainya silahkan saja. Tapi jika belum, setidaknya berhemat dan menabung itu harus menjadi pilihan prioritas. Dan salah satu solusinya. Jangan membeli barang jika memang tidak diperlukan, belilah apa yang benar-benar Anda butuhkan. Komitmen pada tujuan kita, jika tujuan kita rumah tempat tinggal maka lakukan dengan konsisten lalu biarkan semua mengalir dengan sendirinya.
Sementara itu dulu, nanti kita lanjutkan lagi.
Baca Juga:
Terjebak Menjadi OKB
Belanjakan Uang Dengan Hemat
Ajari Anak Menabung