Laporan, yang disampaikan oleh the Sustainable Development Solutions Network (SDSN) and the Earth Institute at Columbia University (2016),
Denmark adalah bangsa yang paling bahagia di dunia. (ROMA, 16 Maret 2016).
10 Negara Paling Bahagia (2016) adalah:
- Denmark,
- Swiss,
- Islandia,
- Norwegia,
- Finlandia,
- Kanada,
- Belanda,
- Selandia Baru,
- Australia, dan
- Swedia.
Bukan rahasia lagi bahwa orang Denmark adalah orang paling bahagia di dunia. Apakah mereka kaya raya dan hidup mewah? TIDAK !! Lalu kenapa mereka disebut bangsa yang paling bahagia di dunia?
Kebahagiaan disini diukur dari kepuasaan subyektif masyarakatnya pada Tingkat Kesehatan (dan juga akses kesehatan murah), Kekayaan Relatif, dan Akses Ke Pendidikan. Bangsa yang sehat dan ongkos kesehatannya terjangkau, memiliki kekayaan yang ”cukup”, dan tingkat pendidikannya cukup baik katanya akan relatif lebih bahagia.
Apa Yang Kita Kejar
Seringkali kita mendefinisikan kebahagiaan itu manakala sukses materi, kekayaan, kemewahan, mobil, rumah mewah, makanan lezat, gaya hidup dan lain sebagainya. Kita lupa menyadari berapa banyak hal berharga kita lewati dan kita buang demi mengejar itu semua. Keluarga, teman, orang-orang yang kita kasihi, tetangga dan sebagainya.
Lalu apakah kita pernah benar-benar menikmati apa yang kita kejar? Jawabannya adalah TIDAK. Karena kecenderungan manusia adalah tidak puas, selalu menginginkan yang lebih lagi, lebih lagi sehingga manusia "tersiksa" dengan keinginannya yang tak kunjung habis.
Orang Denmark mempunyai senjata yang ampuh untuk menangkal itu semua, yaitu: Bersyukur. Mensyukuri hidup dan menikmati hidup apa adanya membuat hati nyaman dan tenang, tak perlu ngoyo atau punya keinginan yang macam-macam. Merasa cukup dan selau bersyukur membuat hidup bahagia dan lebih mudah dijalani.
Orang Denmark sangat bahagia karena mereka selalu merasa hidup mereka cukup. Contentment. Mereka tidak sekaya orang Amerika atau Jepang, tidak punya mobil atau rumah super mewah, tapi mereka bersyukur dengan hidup mereka.
Faktor yang juga penting disini adalah tingkat Pengharapan, atau Ekspektasi terhadap hidup. Semakin rendah ekspektasi masyarakatnya, makin mudah dia bersyukur dan berbahagia. Sedang makin tinggi ekspektasi seseorang, makin banyak Keinginannya, makin sulit dia merasa puas, dan bahagia.
Masyarakat Denmark ternyata juga cenderung punya harapan yang rendah, low expectation. Mereka berusaha, tapi tidak pernah berharap macam-macam. Ini membuat tiap kesuksesan kecil saja sudah membuat mereka begitu bahagia. Dan bila gagal, mereka lebih gampang menerimanya, dan mereka bisa langsung mulai berusaha lagi. Begitu saja. (Bersambung).
Baca Juga:
Kekuatan Kesederhanaan
Kekuatan Imajinasi
Belajar Bahagia Dari Denmark (Bagian 2)